Guru Profesional Abad 21
Guru
Profesional Abad 21
Jumaena
Guru Inti Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa
Guru Inti Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa
Apa
yang terbayang dalam benak Anda ketika mendengar pertanyaan “Apa perbedaan
guru jaman sekarang dan guru jaman dulu?” Akan banyak spekulasi jawaban kan?
Padahal pada dasarnya yang membuat berbeda adalah keadaan masyarakat.
Sejarah
telah mencatat, bahwa saat Jepang diluluhlantahkan oleh Sekutu pada Perang
Dunia II tahun 1945, informasi yang
pertama kali ingin diketahui oleh kaisar jepang pada waktu itu “ Masih berapa
guru kita yang hidup?”. Ini menunjukkan betapa besar perhatian Jepang terhadap
guru. Maka tidak mengherankan jika Jepang dapat membalik keadaan dalam kurun
waktu yang tidak begitu lama. Bagaimana dengan negara kita?
Sudah
menjadi rahasia umum berdasarkan hasil berbagai survei posisi Indonesia jika
ditinjau dari berbagai aspek, Indonesia masih kalah dengan negara-negara ASEAN
lainnya. Akan tetapi, sekarang bukan saatnya mencari pembenaran tetapi saatnya
berbuat. Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keterpurukan dengan memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia, salah satunya melalui sektor
pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa negara menjadi miskin dan
sulit berkembang bukan karena kekurangan sumber daya alam tetapi karena kualitas
sumber daya manusianya.
Kebekuan
dalam dunia pendidikan kita sudah lama terjadi, yaitu kebebasan berpikir dalam lembaga pendidikan kita sedikit demi
sedikit digerogoti oleh birokrasi pendidikan yang berwatak politis. Hal ini tentu
perlu dicairkan. Upaya untuk mewujudkan tenaga pendidik yang profesional
merupakan upaya kualitas bukan sekedar formalitas dan bukan sekedar
meningkatkan kesejahteraan para guru.
Guru
menempati tempat yang sangat sentral dan strategis dalam pembangunan suatu
bangsa. Posisi fundamental ini harus didukung oleh kemampuan yang mumpuni. Oleh
karena itu, seorang guru haruslah profesional. Suatu hal yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi, kemampuan profesional guru harus berkembang seiring dengan
perkembangan jaman.
Guru
profesional memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa
baik ditinjau dari aspek pribadi, sosial
dan moral. Guru profesional memiliki banyak karakteristik baik fisik
mapun non fisik. Dari segi fisik banyak tuntutan yang harus dipenuhi salah
satunya adalah pengakuan dari pemerintah berupa lisensi/sertifikat guru
profesional. Dari segi non fisik adalah kepribadian guru itu sendiri yang
tidak tampak tetapi dapat dirasakan oleh guru itu sendiri dan lingkungannya. Berikut ini beberapa karakteristik non-fisik
guru profesional yang dianggap cukup memengaruhi efektifitas dan kinerja guru.
1. Memiliki
Passion
Passion dengan hobi adalah dua hal yang
berbeda. Dalam bahasa Indonesia passion
berarti renjana yaitu dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu. Passion dapat berupa minat atau kegiatan
antusias atau daya tarik yang kuat untuk sesuatu. Passion tidak menjadikan kita bosan mengerjakannya dan sifatnya
tetap. Sementara hobi atau kesukaan adalah sesuatu yang senang kita kerjakan tetapi
bisa saja itu berubah, misalnya hari ini kita hobi berenang besok bisa saja
hobi berkuda. Nah, jadikan mengajar dan
mendidik sebagai passion dan jadilah guru yang menginspirasi banyak orang.
2. Dedikasi
Dedikasi biasanya diartikan pengabdian
atau sebuah pengorbanan tenaga pikiran dan waktu demi suatu tujuan yang mulia. Guru
profesional hendaknya memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya, yang
berhubungan dengan kehidupan peserta didiknya. Guru profesional yang
berdedikasi tidak mengenal waktu, jarak tempuh dan tenaga yang dibutuhkan unutk
membantu peserta didik mengembangkan potensi yang dimilikinya.
3. Bersedia
mengambil resiko
Guru profesional selalu membawa
perubahan positif yang dapat meningkatkan
kualitas pendidikan peserta didiknya. Meskipun, hal tersebut dapat menimbulkan
resiko karena tidak sepenuhnya mampu diterima oleh pihak sekolah atau
masyarakat tetapi guru profesional harus mengambil resiko tersebut demi
kemajuan pendidikan.
4. Berpikir
pragmatis
Berpikir pragmatisme kadangkala
dibutuhkan oleh seorang guru. Dalam KBBI pragmatis artinya bersifat
mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kebermanfaatan). Berpikir pragmatis
berarti seorang guru tahu kapan menggnakan kemampuannnya untuk meningktakna kualitas
pendidikan. Tahu kapan mengambil keputusan untuk kebaikan peserta didiknya.
Kata bijaknya, tidak begitu penting apa yang kita tahu, tetapi yang lebih
penting adalah apa yang kita lakukan
dengan pengetahuan itu.
5. Sabar
Guru dalam kesehariannya akan
berbenturan dengan sistem dan kebijakan-kebijakan yang kadangkala tidak pro
dengan pendidikan. Akan tetapi, guru harus sabar menahan emosi. Demikian pula
jika berhadapan dengan peserta didik yang kadangkala tingkah lakunya diluar
sistem, guru jangan sampai frustasi dan membuat guru menjadi emosional yang
dapat berakibat kekerasan pada peserta didik.
6. Kreatif dan Fleksibel
Semangat untuk menjadikan peserta didik
paham akan kompetensi dasar yang harus dimilikinya akan menjadikan seorang guru menjadi kreatif.
Banyak hal yang dapat ditempuh seorang guru untuk menjadi kreatif, misalnya dengan
banyak membaca dan melihat tayangan tentang pendidikan. Selain kreatif, seorang
guru profesional harus mampu beradaptasi dengan baik. Fleksibel bukan berati
harus jadi Bunglon ya?. Fleksibel berarti mampu menerima perubahan-perubahan
yang terjadi sangat cepat dan diluar perkiraan dalam hal yang positif. Misalnya
saja dalam implementasi pembelajaran, rencana pembelajaran yang dibuat tidak
sesuai dengan kondisi peserta didik, guru harus mampu tanggap dengan perubahan kondisi tersebut.
7. Humoris
dan Respek
Seseorang yang humoris adalah seeorang
yang disenangi dimana saja. Seorang guru harus mampu membuat suasana kelas
menjadi menyenangkan. Meski tak selamanya guru harus menjadi pelawak. Humoris
dalam hal ini memiliki selera humor yang baik, tidak terlalu tegang menghadapi
peserta didik. Sedangkan respek adalah menghargai atau menghormati. Guru hendaknya
dapat menghargai perbedaan karakteristik peserta didik serta menghormati
keputusan-keputusan yang berlaku dalam ligkungan sekolah.
8. Pembelajar
Menjadi guru pembelajar berarti guru tidak
pernah berhenti atau bosan meng-update dirinya, belajar terus menerus seiring
dengan perkembangan zaman. Guru pembelajar memelajari banyak hal untuk
meningkatkan kemampuan dirinya, sehingga mampu membantu peserta didik untuk
terus berkembang mencapai kompetensinya secara maksimal.
Karakter
non fisik yang diuraikan di atas hanyalah beberapa karakter yang seyogyanya
dimiliki oleh guru. Masih banyak karakter lain yang seharusnya menjadi modal
bagi guru untuk menjadi profesional.
Pekerjaan
untuk mewujudkan tenaga kependidikan yang profesional merupakan pekerjaan besar
dan berat, karena sasarannya adalah sikap profesional guru dalam berbagai hal.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
keprofesionalan guru, salah satunya adalah memaksimalkan pusat belajar dalam
membuat kegiatan pelatihan, event, forum ilmiah untuk guru. Pusat belajar guru yang
dikelola oleh guru dengan narasumber dari guru dan akan melatih guru tentu
lebih efektif. Hal ini dikarenakan, guru yang menjadi sumber informasi sudah
mengetahui dengan baik kondisi di lapangan. Belajar dengan orang yang mengalami
langsung (belajar dengan pengalaman) tentulah lebih dapat dipercaya dibanding
berdasarkan teori yang hanya dibaca melalui lembaran kertas.
Guru Zaman Now untuk Peserta Didik era digital
BalasHapustulisannya sngat brmnfaat,
BalasHapusartikelnya ini tidak ada tombol share untuk dibagikan k sosmed yah?