GURU HOTS YANG KREATIF DAN INSPIRATIF
MENJADI GURU HOTS
YANG KREATIF DAN INSPIRATIF DI
ABAD 21
Labbiri, M.Pd.
Guru Inti Pusat Belajar Guru
(PBG) Kabupaten Gowa
Ungkapan bijak bestari mengatakan: ”Guru biasa memberitahu, guru baik
menjelaskan. Guru ulung memeragakan, guru hebat mengilhami, guru inspiratif
memantik ide dan kreativitas, mencerahkan dan mencerdaskan”.
Guru HOTS, hanya bisa dilakonkan oleh guru kreatif
dan inspiratif. Efektivitas proses belajar mengajar erat kaitannya dengan
strategi mengajar sang guru. Proses pembelajaran dianggap efektif dan berhasil
jika peserta didik tidak hanya menerima pengetahuan saja ”transfer of knowledge” dari
gurunya tetapi juga harus dibarengi ”transfer
of value”, yakni penanaman karakter dan nilai-nilai
kehidupan yang hakiki yang didasari dengan pendekatan cinta dan logika.
Kreativitas adalah salah satu modal utama untuk menjadi
guru yang profesional. Oleh karena itu, wadah Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa ini,
diharapkan menjadi pemantik, pemicu untuk memacu kreativitas dan produktivitas
guru menulis dalam menciptakan kultur ilmiah dan tradisi literasi dalam
melahirkan inovasi pembelajaran yang terdokumentasi secara apik.
Menjadi guru kreatif dan inspiratif saat ini, tampaknya
sudah menjadi kebutuhan dan tuntutan zaman. Sebab, guru kreatif dan
inspiratiflah yang akan mampu menciptakan atmosfir pembelajaran
interaktif-dialogis. Sehingga memudahkan peserta didik menerima dan memahami
materi pelajaran dengan baik. Di samping itu, memudahkan penanaman karakter dan
nilai-nilai kehidupan yang hakiki.
Kreatif dalam
Metode
Kreativitas dalam metode dapat
diterapkan dalam berbagai hal. Namun, semuanya itu berarti keragaman. Guru yang
kreatif akan membiarkan dirinya menjadi mirip dengan metode pengajarannya.
Metode yang digunakannya bervariasi. Ia akan menggabungkan metode-metode yang
ada. Ia akan mengenalkan cara-cara berkomunikasi yang sebelumnya belum pernah
digunakan dan ia akan mencarinya dengan membaca, berdiskusi dengan orang
lain,dan melakukan percobaan agar cara mengajarnya tetap segar dan hidup
sehingga tidak membosankan.
Kreatif dalam
Fasilitas Ruangan
Tampilan fisik ruang kelas memberikan kesempatan untuk
berkreativitas. Contohnya, penggunaan model lingkaran, setengah lingkaran,
kelompok kecil, atau mungkin menyingkirkan semua meja dan kursi di beberapa
kelompok anak akan memberikan sentuhan imajinasi dan kreativitas terhadap
setting ruang kelas tersebut.
Ia mungkin dapat mengubah perilaku
anak di dalam kelas pada saat mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan
penggunaan gambar-gambar, majalah dinding, pengharum ruangan, instrumen musik
dan cat-cat yang berwarna segar juga dapat memantik dan memberikan kesempatan
berkreasi yang potensial.
Kreatif dalam Memberikan Tugas
Banyak orang yang memperdebatkan tentang keuntungan
memberi tugas kepada murid untuk menyiapkan pelajaran melalui beberapa jenis
cara belajar di luar sekolah.
Namun, ada masalah yang sangat penting
tentang bagaimana belajar di lur sekolah itu dapat dimotivasikan dalam
pengajaran di kelas. Ada tantangan untuk guru yang kraetif. Ia tidak puas dengan membaca ”membaca bab dalam
buku”, tetapi ia akan mencoba untuk membangun motivasi dan keinginan dari
dalam.
LANGKAH
DAHSYAT MENGAJAR HOTS DENGAN CINTA DAN LOGIKA
Guru adalah ujung tombak dan mata rantai keberhasilan
dunia pendidikan. Sebagai ujung tombak dan mata rantai pendidikan, guru harus kompeten dan berkinerja baik.
Kualitas tersebut sangat menentukan kehidupan siswa di masa depan. Kualitas
guru tidak hanya dipandang dari segi wawasan keilmuan, tetapi juga dipandang
dari segi cara dan strategi mentransfer wawasan keilmuannya serta keteladanan
ketika berlangsung proses pembelajaran.
Cara mengajar yang membosankan dinilai sebagai kendala
yang sering tidak teratasi, cenderung diabaikan begitu saja. Hal ini akan
berdampak pada materi-materi yang akan disajikan. Guru seolah kehilangan gairah
untuk melejitkan potensi-potensi dirinya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
masih banyak guru yang mempertahankan metode konvensional/tradisional ketika
mengajar, sehingga potensi siswa kurang tergali dan terasah.
Berikut langkah-langkah dahsyat yang menurut
pengalaman penulis bisa mengatasi rasa bosan dalam mengajar yang akan mengasah
dan melejitkan kreativitas siswa dalam
belajar:
1) Pahami bahwa
Menjadi Guru adalah Panggilan Nurani
Seseorang yang menjadi guru karena dorongan hatinya
berarti dia memiliki perasaan dan naluri untuk berpartisipasi memperbaiki dan
memperbaharui dunia pendidikan. Ia turut menyumbangkan tenaga dan pikirannya
karena tergugah melihat ketidakberesan pondasi sistem pendidikan yang cenderung
tunamakna.
Sesuatu yang diawali itikad baik menyiratkan sikap
tulus, mantap, dan teguh pada tujuan dan harapan yang akan diraih. Jauhi sikap suka menyakiti orang lain, tetapi
mendekati sikap menyehatkan dan menyembuhkan orang lain.
2) Pahami bahwa Mengajar adalah Ibadah
Ketika mengajar, seorang guru harus memberikan
pemahaman religius kepada anak didiknya. Guru adalah sosok pertama yang akan
ditiru oleh siswanya. Pengalaman gurulah yang akan menambah wawasan mengenai
konsep religius siswa. Ia dapat menyisipkan pemahaman nilai-nilai ibadah kepada
anak didiknya.
Jika guru menyadari bahwa menggajar adalah ibadah,
maka guru tersebut berada dalam tiga kondisi pilihan berikut.
a)
Memperoleh kenikmatan, kenikmatan disampaikan silih
berganti kepada guru. Guru pun berkewajiban untuk memuji dan mensyukuri akan
karunia-Nya.
b)
Melakukan dosa, guru tidak luput dari dosa dan
kesalahan. Guru berkewajiban istigfar dan memohon ampunan atas dosa dan
kekhilafannya selama berlangsung proses belajar dan mengajar.
c)
Mendapat cobaan. Ujian yang ditimpakan kepada guru harus
dihadapi dengan rasa sabar.
Pendidikan
(mengajar) bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya diawali dari pendidikan.
Tuhan berfirman bahwa pengetahuan adalah basis untuk menyiapkan kekuatan (sulthon) bagi umat manusia. Tanpa
kekuatan, manusia tidak akan mampu menguasai apa-apa yang ada di bumi dan yang
ada di langit, apa yang ada di luar lingkungan dan apa yang ada di dalam
lingkungan, serta apa yang di luar diri (jasmani) dan apa yang ada di dalam
diri (rohani). Pendidikan dengan perangkat pengajarannya adalah pusat persiapan
untuk menumbuhkan kekuatan yang diperintahkan Tuhan sehingga hukumnya menjadi
wajib untuk menumbuhkan dan memunculkan kekuatan atau tekanan umat untuk
perubahan.
Filosofi
ibadah hendaknya menjadi ruh dan jiwa bagi guru. Mengajar akan bernilai ibadah jika dilakukan dengan
penuh kepatuhan dan ketundukan secara totalitas
(kaffah)
kepada Tuhan untuk memerangi kebodohan. Dengan penuh kecintaan pada ilmu,
mengajar dilakukan untuk memerangi kebodohan. Sehingga dengan sinergi iman dan ilmu
manusia akan terangkat derajatnya di dunia maupun di akhirat.
3) Membuat Visi dan Misi yang Jelas
Sebelum mengajar, guru yang baik telah terlebih
dahulu mempersipkan diri dengan sejumlah pengetahuan dan metode yang menunjang.
Tujuannya, agar transfer atau peralihan pengetahuan dari guru kepada siswanya
berjalan dengan baik, berkesan, bermakna, dan berbobot.
Visi dan misi apa gerangan yang harus guru lakukan
agar terhindar dari perasaan bosan dalam mengajar di kelas atau di luar kelas.
Beradptasilah dengan kalimat motivasi dan komitmen berikut!
a)
Mengajar hari ini, aku harus memberi sesuatu yang
berarti untuk siswa. Aku harus membuat anak-anak didikku senang dengan cara
mengajarku dan wawasan yang aku berikan. Kemudian, mereka pulang dengan
perasaan senang dan bahagia.
b)
Seandainya aku marah karena ulah muridku, tahanlah
dahulu kemarahanku. Biarkan rasa tenang menyelimutiku, dekati muridku dan
berilah kesan yang menyenangkan.
c)
Apabila aku harus mengoreksi kelalaian
siswa-siswaku, di hadapan anak didikku juga, aku berikan koreksi sekaligus
pujian di belakangnya.
d)
Jika mereka merasakan kennikmatan belajar dengan
cara lembut, tidak ada salahnya
kelembutanku seolah-olah telah lahir sejak dulu.
e)
Seandainya siswaku memancing kemarahanku,
seandainya siswaku mencuri kesabaranku, dan seandainya siswaku terus begitu,
maka aku akan terus mencuri perasaannya hingga ia tidak berdaya bahwa ia tengah
dilenakan bagaimana belajar tentang dirinya.
f)
Aku mengajar ibarat bulan. Mengajar pada mulanya
kecil seperti bulan sabit. Kemudian, membesar dan makin membesar, bercahaya
menjadi bulan purnama. Namun, aku tidak ingin mengajar bak bulan purnama yang
kemudian mengecil dan sirna di kegelapan.
g)
Awal mengajarku adalah keberhasilan akan
mengendalikan akal, pikiran, dan raga.
h)
Jika aku mengajar muridku, aku adalah akal
mereka, dan muridku adalah lidahnya.
Dalam mengajar, aku beri anakku budi pekerti dan mereka memberiku perilaku akal budiku. Sungguh
bahagia hatiku.
i)
Aku akan menunjukkan sikap ramah kepada anak
didikku karena dengan sikap itu, suasana mengajarku akan bermakna di hadapan anak-anak didikku.
j)
Seandainya siswaku bertanya tentang apa yang akan
disampaikan gurunya hari ini. Katakan,
“Aku akan mengajar hidupmu tentang pikir, dzikir, skill, dan aksi.”
k)
Ketidakberesan muncul dalam diriku jika anak
didikku tidak mencintaiku.
4) Bergaul dengan Siswa itu Menyenangkan
Bergaul
dengan anak didik sangatlah penting. Dalam proses mengajar, guru tidak hanya
berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Pada prinsipnya mengajar
berarti proses perbuatan seorang guru yang membuat siswa belajar.
Di mata
siswa , guru yang pandai bergaul adalah guru yang dianggap sebagai sosok
berjiwa muda. Guru tersebut mempunyai
kemauan untuk menyelami keadaan siswa secara rohani. Tantangan dan
rintangan yang akan datang dan siap menghadang (biasanya datang dari teman
seprofesi), tidak perlu dirisaukan anak didik pun merasa bahwa gurunya bukan
mencari muka tetapi, seorang sahabat yang baik. Siswa ingin sekali mendapatkan
pengertian dari guru. Keluh kesah mereka dapat didiskusikan bersama sang guru.
Demikian sekelumit buah pikiran dan
pengalaman penulis tentang “Mengajar dengan Pendekatan Cinta dan Logika” semoga
menambah khasanah dan wawasan seputar strategi belajar dan mengajar yang
menyenangkan dan mencerahkan generasi milenial berbasis pembelajaran berbasis HOTS.
Tidak saja mengajar pada ranah rasio (kognitif), tetapi juga ranah afektif
(rasa), dan psikomotorik (raga dan skill). Keterpaduan ketiga ranah tersebut
diharapkan melahirkan peserta didik, generasi yang berimtak, cerdas
berkarakter, peduli, dan berprestasi baik pada bidang akademik maupun
nonakademik.
Sehingga
tuntutan untuk menjadi guru kreatif dan inspiratif di era milenial tampaknya
sudah menjadi suatu keharusan. Sebab, guru kreatif dan inspiratiflah yang akan
mampu menciptakan atmosfer dan proses pembelajaran yang memudahkan peserta
didik, menerima, memahami, dan menerapkan ilmu dan nilai-nilai hidup dan
kehidupan yang disajikan dengan proses yang bermakna dan menyenangkan untuk
dijadikan pedoman dalam kehidupan.
DAFTAR
BACAAN
D. Deni Koswara & Halimah.
2008. Bagaimana Menjadi Guru Kreatif? Bandung: PT. Pribumi Mekar.
Fu’ad bin Abdul Aziz
asy-Syalhub. 2014. Begini
Seharusnya Menjadi Guru. Jakarta: Darul Haq.
Tiana Juliansyah. 2010. Mengajar Tanpa Bosan:
Kiat-kiat Terbaik untuk Guru. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Guru adalah sebuah atmosfir yang dapat menyelimuti dunia peserta didik. Atmosfir itu akan mempengaruhi sekelilingnya.
BalasHapusTerima kasih apresiasinya.
Hapus