Merdeka


Memaknai Kemerdekaan dengan Etos Reso

Abd. Karim Tahir
Ketua Pusat Belajar Guru (PBG) Gowa

17 Agustus tahun ini, kemerdekaan bangsa kita  genap berusia 74 tahun. Berbagai peristiwa silih berganti  menghiasi panggung sejarah bangsa ini, yang kesemuanya akan menjadi titian menuju kedewasaan sebagai sebuah bangsa. Kemerdekaan ini adalah sebuah hadiah dari Allah SWT sebagai buah dari kerja keras bangsa Indonesia selama bertahun-tahun melawan penjajahan.  
 Fakta  bercerita bahwa sejak kaum penjajah menginjakkan kakinya di bumi Indonesia perlawanan itu sudah dimulai. Tahun 1569 tercatat sebagai awal kadatangan bangsa Belanda di Indonesia mereka mendarat di Pelabuhan Banten namun diusir oleh orang-orang Banten karena sikapnya yang tidak bersahabat. Dan sepanjang usia penjajahan, bumi Indonesia  tidak pernah sepi dari kisah heroik yang diperankan oleh putra-putri terbaiknya. Mereka paham betul, perubahan dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka tidak akan terwujud tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Inilah makna dari kalimat suci Al-Qur’an : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa hingga mereka merubah apa  yang ada pada diri mereka sendiri (QS;  13 : 11).
Ini adalah sebuah keniscayaan, siapapun yang ingin mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik maka wajib baginya untuk bekerja dan berusaha keras.  Tidak ada perubahan tanpa usaha! Orang bijak membagi manusia dalam tiga kategori; pertama manusia bodoh, yakni mereka yang selalu melalaikan dan mengesampingkan kesempatan yang datang kepadanya, kedua adalah manusia baik, yakni mereka yang selalu mengambil kesempatan yang datang kepadanya. Sedangkan jenis manusia ketiga adalah manusia bijak, yakni mereka yang selalu mencari kesempatan yang memungkinkan dirinya untuk terus berkembang tanpa harus banyak menunggu. Maka jadilah orang bijak dengan mencari kesempatan sebanyak mungkin untuk mengembangkan diri. Berusahalah,  karena di tangan kitalah masa depan bangsa dipertaruhkan.
 Keberhasilan bangsa Indonesia mengusir kaum penjajah yang kemudian mendirikan negara yang berdaulat di atas reruntuhan penjajahan itu, bukan berarti tugas sudah selesai. Bahkan tugas yang lebih berat sudah menghadang. Bagaimana mengeluarkan bangsa ini dari jeratan keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan. Bukankah Bung Karno, sang proklamator bangsa ini sering mengatakan bahwa kemerdekaan ini adalah jembatan emas menuju negara adil dan makmur? Artinya kemerdekaan ini bukanlah tujuan melainkan hanya sebatas sarana untuk mencapai cita-cita yang lebih agung, “masyarakat adil dan makmur”.
Ini  bukan tugas ringan. Buktinya hingga 74 tahun usia kemerdekaan kita, Indonesia masih tetap berkubang dalam begitu banyak persoalan yang tiada kunjung berakhir. Karena itu dibutuhkan semangat juang dan kerja keras yang pantang  menyerah  untuk keluar dari berbagai lilitan persoalan. Rahman Arge mengatakan milikilah “etos reso” etos kerja yang tidak mudah menyerah. Bukan etos yang gampang putus asah dan menyerah di balik alasan yang dibuat-buat.
Etos reso adalah sebuah kearifan lokal yang perlu untuk kita hidupkan kembali di tengah-tengah semakin menggejalanya krisis kepercayaan diri sebagai  akibat dari dahsyatnya gempuran budaya global.  Demikian pula dengan semakin memudarnya kemandirian bangsa sebagai akibat dari ketidakmampuan para pemimpin kita untuk hanya sekedar berkata “tidak” terhadap upaya campur tangan asing dalam mengacak-acak rumah tangga bangsa kita. Akibatnya bangsa besar inipun seolah hidup terjajah di alam kemerdekaan.
Jika anda menginginkan sesuatu maka berbuatlah, berbuatlah dan anda harus yakin bahwa anda bisa. Filosofi kuno orang Tiongkok mengatakan bahwa jika anda yakin bahwa anda bisa memindahkan gunung maka anda pasti bisa. Syaratnya adalah anda harus yakin jangan pernah ragu karena sesungguhnya keraguan berjalan beriring dengan kegagalan, dan keyakinan beriring dengan keberhasilan. Siapa yang memulai pekerjaannya dengan keraguan maka yakinlah bahwa dia akan gagal. Tetapi siapa yang melakukan pekerjaannya dengan keyakinan untuk berhasil maka keberhasilan akan menghampirinya. Ingat!, jika anda yakin,  maka gunungpun anda bisa pindahkan, karena itu buanglah keraguan karena keraguan akan menghammbat kemajuan. 
            Maknai kemerdekaan dengan kerja keras, jangan pernah menyerah.   Semoga diusia ke 74 tahun kemerdekaan ini kita semakin bijak menatap masa depan.  Dirgahayu Negeriku Indonesia, MERDEKA!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nilai Pappasang 1

KEARIFAN LOKAL DALAM SASTRA KELONG

Guru Inspiratif