Nilai Pappasamg
PAPPASANG:
MENYIBAK NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS BUDAYA LOKAL
(Bagian 2)
Labbiri, S.Pd.,M.Pd.
Guru Inti Pusat Belajar Guru (PBG) Kab. Gowa
- Nilai
Karakter Religius (Keagamaan)
Jika kita amati lebih jauh tentang kandungan Pappasang,
kita akan temukan sebagian besar diantaranya diilhami oleh ajaran Islam.
Kenyataan ini tidak mengherankan sebab masyarakat Makassar adalah pemeluk Islam
yang taat, bahkan sering menunjukkan sikap fanatik (Yatim: 1983:32).Kehidupan
agama berkembang di tengah-tengah masyarakat Makassar (ketika itu) tidak dapat
dipisahkan dari sejarah perkembangan kerajaan Gowa.Kerajaan Gowa dan kerajaan
Tallo menerima agama Islam secara resmi masuk dalam lingkungan kerajaan tanggal
9 Jumadil awal 1014 Hijriah, atau tanggal 22 September 1603 (Yatim, 1983:49).
Oleh karena itu, wajar jika intisari ajaran
agama tersebut banyak terekam dalam sastra Makassar pada umumnya dengan gaya
bahasa yang disesuaikan dengan lingkup budaya Makassar. Munculnya
istilah-istilah khusus yang digunakan dalam ajaran agama Islam, seperti salat (sambayang),
takwa (mallak), iman (tappak), makrifat (pijappu), tobat (tobak),
amal (amalak), syariat (sareak), dan semacamnya
mengisyaratkan betapa kuatnya pengaruh ajaran agama Islam di dalamnya. Sebagai
contoh kita perhatikan Pappasang berikut yang membicarakan tentang
posisi salat dan agama.
Issengi keknang, maknassa antu sambayanga benteng tannganai agamaya.
Nai-naiannamo tau anngentengangi sambayanga antu maknassa najarreki tommi antu
agamana.Nai-naiannamo tau anngare-arei sambayanna maknassa narumbang-rumbang
tommi antu agamana.(Hakim, 1992:41).
Terjemahan:
Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya salat itu adalah tiang agama. Barangsiapa yang mendirikan
salat, ia telah menegakkan agamanya. Dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya,
berarti ia telah meruntuhkan agamanya.
Pappasang di atas benar-benar
diilhami oleh ajaran Islam yang tertuang di dalam hadits.Seperti kita maklumi
bahwa salat adalah ibadah yang sangat mendasar di dalam syariat agama
Islam.Salat dapat menjadi ukuran selamat tidaknya seseorang di akhirat kelak.
Salat bukan hanya menyangkut ibadah atau hubungan manusia dengan Tuhan semata,
tetapi salat juga merupakan sarana yang paling ampuh untuk meraih kesuksesan,
sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits “Salat adalah pintu dari segala
kesuksesan”.
Pappasang lain yang juga menyinggung masalah salat adalah sebagai
berikut.
Naia kapanrakanna tau toaya
ammelak-melaka sambayang. Naia kapanrakanna tau loloa ammelak-melaka adak.
Kapanrakanna bainea ampelaki sirikna. Naia kapanrakanna tukalumannyanga
ampelaki laboa. Naia kapanrakanna pakkereka ampelaki sakbaraka. Naia
kapanrakanna tumakgauka ampelaki lambusuka. (Hakim, 1992:13).
Terjemahan:
Kebinasaan
orang tua apabila menyai-nyiakan salat.Kebinasaan orang muda apabila
meninggalkan adat-istiadat.Kebinasaan wanita apabila meninggalkan rasa malu
atau sirik.Kebinasaan orang kaya apabila meninggalkan sifat
kedermawanannya.Kebinasaan orang miskin apabila meninggalkan sifat
sabar.Kebinasaan seorang raja atau penguasa apabila meninggalkan kejujuran.
Jika kita
amati Pappasang di atas, ternyata yang menjadi sentral di dalamnya
adalah salat. Jika salat terpelihara dengan baik, adat kebiasaan akan mudah dipatuhi,
sirik akan mudah ditegakkan dan dipertahankan, jiwa sosial akan tumbuh
dengan sendirinya, sifat sabar akan bersemi, dan kejujuran akan menjadi
penghias di dalam kehidupan. Akan tetapi, jika salat disia-siakan, semuanya
akan berubah seratus delapan puluh derajat.
Dalam Kelong
kita temukan pula beberapa nasihat tentang perlunya menunaikan salat sebagai
bekal akhirat kelak.
Assambayangko nutambung
Pakajai amalaknu
Na niak toddong
Bokong-bokong aheratnu (Arief, 1982:70)
Terjemahan:
Bersembahyang
dan tawakkalah
Perbanyak
amalmu
Semoga ada
Bekalmu ke
akhirat
Mengenai konsep hubungan manusia dengan Tuhan
dan hubungan manusia dengan sesamanya, dapat ditemukan dalam Pappasang
berikut.
Naiya antu nikanaya tau bajik
tojeng-tojeng ri sesena adaka siagang ri sesena saraka, iamintu jarreka
passisambunganna siagang karaenna najarrek todong passisambunganna siagang
paranna tau. (Hakim, 1992:41-42)
Terjemahan:
Orang yang baik itu menurut pandangan adat
dan agama adalah yang mempunyai hubungan yang kokoh dengan Tuhan dan sesama
manusia.
Menurut konsep budaya Makassar orang “baik”
itu ialah yang mampu memelihara dua bentuk hubungan, yaitu yang bersifat
vertikal (hubungan manusia dengan Allah). Hubungan manusia dengan Allah
berbentuk ritual, yang dalam bahasa Alquran disebut “hablumminallahi”,
dapat berupa hubungan langsung, seperti pelaksanaan salat, puasa, dan haji.
Dapat pula berupa hubungan tidak langsung seperti berbuat baik kepada orang tua.Baik
hubungan langsung maupun tidak langsung, semuanya bernilai ibadah. Bentuk
hubungan manusia dengan sesamanya tergambar dalam wujud kerja sama,
tolong-menolong, ingat-mengingatkan dalam kebaikan, dan sebagainya. Kedua
bentuk hubungan itu harus berjalan beriringan. Tidak boleh mengutamakan yang
satu kemudian mengorbankan yang lain.
Masalah keagamaan yang lain terekam dalam Pappasang,
seperti pentingnya niat di dalam melakukan setiap kegiatan ibadah dan posisi
bersuci atau istinja sebagai suatu kegiatan awal sebelum memasuki ibadah, dapat
kita lihat sebagai berikut.
Bajiki laloi niaknu, kaiami antu niaka
appattntu ri amalaknu. Bajiki amalaknu kaia tosseng antu appattantu riassana
pannyombanu.Bajiki tongi atinnu kaiji antu natangarak Allahu Taala. (Hakim,1992:46).
Terjemahan:
Perbaikilah
niatmu karena niat sangat menentukan kualitas amalanmu.Perbaiki pula amalmu
karena amal itulah yang menentukan kecintaan Allah kepadamu. Perbaikilah
istinjamu karena istinja itulh yang akan menentukan sahnya ibadahmu. Perbaiki
pula hatimu karena
hati itulah yang dipandang oleh
Allah.
Niat sangat menentukan kualitas ibadah.Oleh
karena itu, niat harus diperhatikan.Dalam kehidupan sehari-hari niat dapat
diterjemahkan dengan “rencana atau program.”
Bagaimana hasil suatu pekerjaan, sangat
ditentukan oleh rencana tadi.Walaupun
tidak selalu “satu lawan satu”,
artinya suatu rencana atau program yang baik pasti mendatangkan hasil yang baik
pula, tetapi paling tidak rencana itu sudah merupakan jalur atau langkah awal
untuk mencapai hasil maksimal.
Masalah lain yang diungkapkan dalam Pappasang
tersebut adalah istinja. Istinja merupakan salah satu faktor yng sangat
menentukan suatu ibadah.Sah atau tidakya suatu ibadah yang kita lakukan sangat
ditentukan oleh faktor istinja itu sebagai kegiatan pendahulan sebelum memasuki
suatu kegiatan ibadah.Istinja dalamkehidupan sehari-hari dapat dipadankan
dengan “kebersihan”.Ibadah adalah suatu kegiatan ritual yang menuntut
kebersihan.Bukan saja kebersian lahiriah, tetapi yang tak kalah pentingnya
adalah kebersihan batiniah.Dua bentuk kebersihan itu bukan saja berpengaruh
terhadap kualitas ibadah yang sifanya sakral itu, tetapi juga sangat bermanfaat
dan berpengaruh dalam tata hubungan manusia dengan sesamanya.“Kemesraan” di
dalam tata hubungan itu dapat diwujudkan apabila masing-masing individu
beranjak dari dua bentuk kebersihan (lahiriah dan batiniah) yang diilhami
kegiatan istinja tersebut.
Dalam Pappasang berikut ini ditemukan
beberap pertunjuk tentang cara-cara menjaga diri agar tidak terlibat ke ke
dalam hal-hal yang sifatnya amoral, mengawasi gerak hati, memelihara amal
ibadah, menjaga mulut atau lidah dari segala bentuk pembicaraan yang
mendatangkan dosa, mengawasi nafas yang
keluar masuk agar tidak terbuang percuma,
merawat iman agar tetap lestari,
dan memelihara batin dan rahasia. Di samping itu dalam Pappasang
berikut, kita temukan istilah-istilah khusus yang bersumber dari ajaran agama
Islam, yaitu iman (tappak), ikhlas (ihlasak), tasbih (tasakbe),
zikir (sikkirik), Quran (kurang), taubat (tobak), dan Nur
Muhammad (Nurun Muhammad).
Mari kita
perhatikan Pappasang berikut ini.
Kalliki kalennu nasabak tappak; kalliki
atinnu nasabak bajik pakmaik; kalliki amalaknu nasbak ihlasak (simata-mata),
kalliki bawanu nasabak tasakbe; kalliki nappasaknu nasabak sikkirik, kalliki
takpaknu nasabak baca kurang; kalliki batennu nasabak tobak; kalliki rahasianu
nasabak nurun Muhammad. (Hakim, 1992:48).
Terjemahan:
Pagari
dirimu dengan iman, pagari hatimu dengan baik hati, lindungi amalmu dengan
ikhlas, lindungi mulutmu/lidahmu dengan tasbih, pagari tingkah lakumu dengan
kehati-hatian, pagari nafasmu dengan zikir, pagari imanmu dengan bacaan Qur’an,
pagari batinmu dengan tobat, dan pagari rahasiamu dengan nur Muhammad.
Salah satu ajaran Islam yang bersifat
kemasyarakatan adalah hokum bertetangga. Masalah ini kia temukan pula di dalam Pappasang,
seperti tercantum di bawah ini.
Bajiki seppek-seppek ballaknu, nasabak
iami antu seppek ballaknu akjari sa’ribattang tojeng-tojennu, nasabak mambanina
ri kau. Ia naniak antattabaiko bajik are kodi are ia tommi kaminang riolo lanngturungiko.
(Hakim, 1992:49)
Terjemahan:
Berbuat
baiklah kepada tetanggamu karena sesungguhnya tetangga itu saudaramu, sebab
dialah yang terdekat (bila kamu memerlukan bantuan).Jika kamu mendapat
keberuntungan atau musibah, maka yang pertama datang membantumu adalah
tetanggamu.
Pappasang di atas memberi tekanan
bahwa tetangga itu adalah saudara kita.Karena ikatan tersebut ini,
masing-masing phak dan tanggung jawabnya. Baik ajaran islam maupun ajaran
leluhur kita (yang tertuang di dalam Pappasang ini menganjurkan agar di
lingkungan kehidupan bertetangga terbina kerukunan dan saling pengertian
diantaranya. Hal ini memang penting karena suasana di lingkungan antartetangga
akan mewarnai suasana lingkungan yang lebih besar.
Komentar
Posting Komentar