Guru Pemimpin, kreatif dan inspiratif
MENJADI GURU PEMIMPIN, GURU
KREATIF, DAN GURU INSPIRATIF
Labbiri, M.Pd.
Guru
Inti Pusat Belajar Guru Gowa
Ungkapan bijak bestari mengatakan:
”Guru biasa memberitahu, guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan, guru
hebat mengilhami, guru inspiratif memantik ide dan kreativitas, mencerahkan dan
mencerdaskan”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
ditegaskan bahwa, ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama,
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Substansi dan fokus pendidikan adalah proses pembelajaran yang terjadi
dalam diri peserta didik dan mampu menyentuh seluruh aspek kehidupan sehingga
terjadilah proses pencerdasan pada seluruh lini kehidupan. Pikirannya harus
dicerdaskan, emosionalnya harus dicerdaskan, potensi raga dan keseluruhan aspek
kepribadiannya pun harus dicerdaskan. Jika seluruh domain kehidupan seseorang
dicerdaskan maka lingkungannya pun akan tercerahkan.
Sekolah dibangun atas suatu ”philosophical
foundation” bahwa dengan diciptakannya sekolah ”human growth and development” peserta didik dapat terbentuk secara
optimal. Lembaga ini sesungguhnya merupakan suatu tempat berkumpulnya anak usia
sekolah tertentu dengan lingkungan dan suasana tertentu sehingga anak
memperoleh kesempatan belajar yang diharapkan. Jadi, jantung setiap
sekolah/lembaga pendidikan pada dasarnya ialah interaksi guru dan murid dalam
proses belajar-mengajar. Dengan demikian, yang perlu diupayakan adalah
bagaimana agar guru dapat mengajar dengan baik dan siswa dapat belajar dengan
efektif dan efisien.
Tentunya guru dalam melaksanakan perannya, hendaknya memerhatikan
aspek-aspek pendidikan, yaitu kewibawaan, identifikasi, mengenal perkembangan
jiwa, dan mengenal perbedaan individual siswa. Kewibawaan guru bergantung pada
sikap guru terhadap siswa-siswanya. Di antara sikap-sikap yang dapat
menimbulkan kewibawaan, yaitu sikap tegas, konsekuen, menghargai, dan
menyayangi siswa-siswanya.
Dalam mengenal perkembangan kejiwaan, diharapkan guru dapat membimbing
berdasarkan kasih sayang (rasa cinta), adil, dan menumbuhkan perasaan-perasaan
itu dengan penuh tanggung jawab. Guru juga diharapkan dapat mengenal perbedaan
individual siswa. Guru tidak hanya memerhatikan pekembangan intelektual saja,
tetapi juga harus memerhatikan perkembangan seluruh pribadi siswa, baik
jasmani, rohani, sosial, maupun yang lainnya sesuai dengan hakikat pendidikan.
Hal ini dimaksudkan agar siswa pada akhirnya dapat menjadi manusia yang mampu
menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupannya sebagai insan yang dewasa
(Soejipto dan Kasasi dalam D. Deni Koswara 2008:6)
Ilmu psikologi
meyakini bahwa anak didik bukanlah gelas kosong yang harus diisi, tetapi api
yang harus dinyalakan. Teori tersebut semakin memperkokoh keyakinan bahwa
pendidikan juga merupakan proses untuk menghidupkan api cinta dan semangat
dalam diri anak untuk terus mencari ilmu tanpa henti (D. Deni Koswara dan
Halimah, 2008:12).
Atas asumsi di
atas, proses pendidikan semestinya diarahkan pada pembangkitan daya kreativitas
siswa dalam mengeksplorasi sekaligus mengolah informasi yang didapat sembari
memelihara daya kritis anak demi menjaga validitas informasi yang diperolehnya.
Sementara itu, kreativitas akan tumbuh ketika terdapat ruang dan peluang yang
cukup luas untuk berekspresi ”sesuka hati”. Komunikasi timbal balik yang
seimbang antara anak didik dengan pendidik, harus mampu menyediakan ruang yang
dibutuhkan itu.
Dalam
praktiknya di dalam kelas guru seolah-olah berada dalam status quo yang tak dapat diganggu gugat dan tidak ada orang yang
tahu bagaimana ia melakukan tugasnya. Pada tataran ini, guru memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk memengaruhi atau bahkan mengarahkan sistem
menuju pencapaian tujuan pendidikan.
Mencermati
kondisi pendidikan dan pembelajaran saat ini, guru-guru umumnya terbelenggu
oleh ketentuan administratif yang harus dipatuhi seperti target pencapaian
kurikulum, ketuntasan belajar, silabus, RPP, penilaian dan perangkat lainnya
yang senantiasa berubah. Karakteristik
seperti ini yang disorot banyak kalangan sebagai guru kurikulum. Sehingga dalam
kegiatannya di kelas sangat jarang guru dalam interaksi dengan siswa-siswanya
mampu mengembangkan dan memaksimalkan potensi kreativitas yang dimiliki oleh
mereka. Sehingga diperlukan kehadiran seorang guru kreatif dan inspiratif yang
mampu mendesain pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan potensi,
bakat, nalar, dan imajinasinya. Dari pemahaman ini, tidak mesti ada dikotomi
antara guru kurikulum dengan guru inspiratif, tetapi sistem pendidikan kita
memerlukan sosok guru keduanya. Benar, guru bukan satu-satunya elemen kunci
dalam pendidikan, tetapi tidak berlebihan jika dikatakan guru adalah kunci
untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.
Oleh karena itu, tulisan ini, diharapkan menjadi pemantik, pemicu untuk
memacu kreativitas dan produktivitas guru dalam menciptakan inovasi dan
atmosfir pembelajaran yang mencerahkan dan mencerdaskan bagi anak bangsa. Guru
kreatif dan inspiratiflah yang akan mampu menciptakan suasana pembelajaran
aktif, kreatif, inovatif, interaktif, dan menyenangkan. Sehingga memudahkan
peserta didik menerima dan memahami materi pelajaran dengan baik. Di samping
itu, memudahkan penanaman karakter dan nilai-nilai kehidupan yang hakiki.
Kreatif dalam
Metode
Kreativitas dalam metode dapat
diterapkan dalam berbagai hal. Namun, semuanya itu berarti keragaman. Guru yang
kreatif akan membiarkan dirinya menjadi mirip dengan metode pengajarannya.
Metode yang digunakannya bervariasi. Ia akan menggabungkan metode-metode yang
ada. Ia akan mengenalkan cara-cara berkomunikasi yang sebelumnya belum pernah
digunakan dan ia akan mencarinya dengan membaca, berdiskusi dengan orang lain,
dan melakukan percobaan agar cara mengajarnya tetap segar dan hidup sehingga
tidak membosankan.
Kreatif dalam
Fasilitas Ruangan
Tampilan fisik ruang kelas memberikan kesempatan untuk
berkreativitas. Contohnya, penggunaan model lingkaran, setengah lingkaran,
kelompok kecil, atau mungkin menyingkirkan semua meja dan kursi di beberapa
kelompok anak akan memberikan sentuhan imajinasi dan kreativitas terhadap setting
ruang kelas tersebut.
Ia mungkin dapat mengubah perilaku
anak di dalam kelas pada saat mengikuti pelajaran. Demikian pula dengan
penggunaan gambar-gambar, majalah dinding, pengharum ruangan, instrumen musik
dan cat-cat yang berwarna segar juga dapat memantik dan memberikan kesempatan
berkreasi yang potensial.
Kreatif dalam Memberikan Tugas
Banyak orang yang memperdebatkan tentang keuntungan
memberi tugas kepada siswa untuk menyiapkan pelajaran melalui beberapa jenis
cara belajar di luar sekolah. Namun, ada masalah yang sangat penting tentang
bagaimana belajar di luar sekolah itu dapat dimotivasikan dalam pengajaran di
kelas. Ada tantangan untuk guru yang kreatif. Ia tidak puas dengan membaca
”membaca bab dalam buku”,
tetapi ia akan mencoba untuk membangun
motivasi dan keinginan dari dalam.
Langkah
Dahsyat Mendidik dan
Mengajar yang Mencerahkan dan
Mencerdaskan
Guru adalah ujung tombak dan mata rantai
keberhasilan dunia pendidikan. Sebagai ujung tombak dan mata rantai pendidikan,
guru harus kompeten dan berkinerja baik. Kualitas tersebut sangat menentukan
kehidupan siswa di masa depan. Kualitas guru tidak hanya dipandang dari segi
wawasan keilmuan, tetapi juga dipandang dari segi cara dan strategi mentransfer
wawasan keilmuannya serta keteladanan ketika berlangsung proses
pembelajaran.
Cara mengajar yang membosankan dinilai sebagai kendala yang sering tidak
teratasi, cenderung diabaikan begitu saja. Hal ini akan berdampak pada
materi-materi yang akan disajikan. Guru seolah kehilangan gairah untuk
melejitkan potensi-potensi dirinya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa masih
banyak guru yang mempertahankan metode konvensional/tradisional ketika
mengajar, sehingga potensi siswa kurang tergali dan terasah.
Berikut langkah-langkah dahsyat yang menurut
pengalaman penulis bisa mengatasi rasa bosan dalam mengajar yang akan mengasah
dan melejitkan potensi dan kreativitas
siswa:
1) Pahami bahwa Menjadi Guru adalah Panggilan Nurani
Seseorang yang menjadi guru
karena dorongan hatinya berarti dia memiliki perasaan dan naluri untuk
berpartisipasi aktif memperbaiki dan memperbaharui dunia pendidikan. Ia turut
menyumbangkan tenaga dan pikirannya karena tergugah melihat ketidakberesan
pondasi sistem pendidikan yang cenderung tunamakna.
Sesuatu yang diawali itikad
baik menyiratkan sikap tulus, mantap, dan teguh pada tujuan dan harapan yang
akan diraih. Jauhi sikap suka menyakiti
orang lain, tetapi mendekati sikap menyehatkan dan menyembuhkan orang lain.
2) Pahami bahwa Mengajar adalah Ibadah
Ketika mengajar, seorang
guru harus memberikan pemahaman religius kepada anak didiknya. Guru adalah
sosok pertama yang akan ditiru oleh siswanya. Pengalaman gurulah yang akan
menambah wawasan mengenai konsep religius siswa. Ia dapat menyisipkan pemahaman
nilai-nilai ibadah kepada anak didiknya.
Jika guru menyadari bahwa
mengajar adalah ibadah, maka guru tersebut berada dalam tiga kondisi pilihan
berikut.
a) Memperoleh kenikmatan, kenikmatan disampaikan silih berganti kepada
guru. Guru pun berkewajiban untuk memuji dan mensyukuri akan karunia-Nya.
b) Melakukan dosa, guru tidak luput dari dosa dan kesalahan. Guru
berkewajiban istigfar dan memohon ampunan atas dosa dan kekhilafannya selama
berlangsung proses belajar dan mengajar.
c) Mendapat cobaan. Ujian yang ditimpakan kepada guru harus dihadapi
dengan rasa sabar.
Tuhan berfirman bahwa
pengetahuan adalah basis untuk menyiapkan kekuatan (sulthon) bagi umat
manusia. Tanpa kekuatan, manusia tidak akan mampu menguasai apa-apa yang ada di
bumi dan yang ada di langit, apa yang ada di luar lingkungan dan apa yang ada
di dalam lingkungan, serta apa yang di luar diri (jasmani) dan apa yang ada di
dalam diri (rohani). Pendidikan dengan perangkat pengajarannya adalah pusat
persiapan untuk menumbuhkan kekuatan yang diperintahkan Tuhan sehingga hukumnya
menjadi wajib untuk menumbuhkan dan memunculkan kekuatan atau tekanan umat
untuk perubahan (Fuad bin Abdul Aziz, 2014).
Hemat penulis bahwa,
filosofi ibadah hendaknya menjadi ruh dan jiwa bagi guru. Mengajar akan bernilai ibadah jika dilakukan dengan
penuh kepatuhan dan ketundukan secara totalitas (kaffah) kepada Tuhan
untuk memerangi kebodohan. Dengan penuh kecintaan pada ilmu, mengajar dilakukan
untuk memerangi kebodohan. Sehingga dengan sinergi iman dan ilmu manusia akan
terangkat derajatnya di dunia maupun di akhirat.
3) Membuat Visi dan Misi yang Jelas
Sebelum mengajar, guru yang
baik telah terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan sejumlah pengetahuan dan
metode yang menunjang. Tujuannya, agar transfer atau peralihan pengetahuan dari
guru kepada siswanya berjalan dengan baik, berkesan, bermakna, dan berbobot.
Visi dan misi apa gerangan
yang harus guru lakukan agar terhindar dari perasaan bosan dalam mengajar di
kelas atau di luar kelas. Beradptasilah dengan kalimat motivasi dan komitmen
berikut!
a) Mengajar hari ini, aku harus memberi sesuatu yang berarti untuk siswa.
Aku harus membuat anak-anak didikku senang dengan cara mengajarku dan wawasan
yang aku berikan. Kemudian, mereka pulang dengan perasaan senang dan bahagia.
b) Seandainya aku marah karena ulah siswaku, tahanlah dahulu kemarahanku.
Biarkan rasa tenang menyelimutiku, dekati siswaku dan berilah kesan yang
menyenangkan.
c) Apabila aku harus mengoreksi kelalaian siswa-siswaku, di hadapan anak
didikku juga, aku berikan koreksi sekaligus pujian di belakangnya.
d) Jika mereka merasakan kenikmatan belajar dengan cara lembut, tidak ada
salahnya kelembutanku seolah-olah telah
lahir sejak dulu.
e) Seandainya siswaku memancing kemarahanku, seandainya siswaku mencuri
kesabaranku, dan seandainya siswaku terus begitu, maka aku akan terus mencuri
perasaannya hingga ia tidak berdaya bahwa ia tengah dilenakan bagaimana belajar
tentang dirinya.
f) Aku mengajar ibarat bulan. Mengajar pada mulanya kecil seperti bulan
sabit. Kemudian, membesar dan makin membesar, bercahaya menjadi bulan purnama.
Namun, aku tidak ingin mengajar bak bulan purnama yang kemudian mengecil dan
sirna di kegelapan.
g) Awal mengajarku adalah keberhasilan akan mengendalikan akal, pikiran,
dan raga.
h) Jika aku mengajar siswaku, aku adalah akal mereka, dan siswaku adalah lidahnya. Dalam mengajar,
aku beri anakku budi pekerti dan mereka
memberiku perilaku akal budiku. Sungguh bahagia hatiku.
i) Aku akan menunjukkan sikap ramah kepada anak didikku karena dengan
sikap itu, suasana mengajarku akan
bermakna di hadapan anak-anak didikku.
j) Seandainya siswaku bertanya tentang apa yang akan disampaikan gurunya hari ini. Katakan, “Aku akan
mengajar hidupmu tentang pikir, dzikir, skill, dan aksi.”
k) Ketidakberesan muncul dalam diriku jika anak didikku tidak mencintaiku.
4) Bergaul dengan Siswa itu Menyenangkan
Bergaul dengan siswa sangatlah penting. Dalam proses mengajar, guru
tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Pada prinsipnya mengajar berarti proses perbuatan
seorang guru yang membuat siswa belajar (Tiana Juliansyah, 2010).
Jadi di mata siswa, guru
yang pandai bergaul adalah guru yang dianggap sebagai sosok berjiwa muda. Guru
tersebut mempunyai kemauan untuk
menyelami keadaan siswa secara rohani. Anak didik pun merasa bahwa gurunya
bukan mencari muka tetapi, seorang
sahabat yang baik. Siswa ingin sekali mendapatkan pengertian dari guru. Keluh
kesah mereka dapat didiskusikan bersama sang guru.
Harapan di atas akan
terwujud dari tangan-tangan guru pemimpin yang kreatif, inspiratif yang akan mampu menggugah, menginspirasi, dan
mencerahkan siswa-siswanya, untuk diaplikasikan dalam konteks kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz
Asy-Syalhub, Bin Fuad. 2014. Begini Seharusnya Menjadi Guru. Jakarta:
Darul Haq.
Juliansyah,
Tiana. 2010. Mengajar Tanpa Bosan: Kiat-kiat Terbaik untuk Guru.
Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Koswara, D. Deni dan Halimah. 2008. Bagaimana Menjadi Guru
Kreatif? Bandung: PT. Pribumi Mekar.
Koswara, D. Deni dan Halimah. 2008. Seluk-Beluk Profesi Guru. Bandung: PT. Pribumi Mekar.
Rosalin, Elin. 2008. Bagaimana Menjadi Guru
Inspiratif? Bandung: PT. Karsa Mandiri
Persada.
💕💕💕
BalasHapus